Thursday, July 31, 2008

~~Sedikit coretan Melangkaui Minda Yang Kalut~~

Atas desakan tugas di pejabat sering membantutkan masa untuk Nini berkongsi drama kehidupan yang dilalui lewat waktu ini. Setiap kali pulang ke rumah, setelah membersihkan diri pastinya terlena terus dari merawat keletihan sepanjang hari. Lelah tak berganti reda disudahi pula dengan gugusan cungapan yang tak tenang tenang.

Banyak kisah yang ingin Nini landaikan di sini agar bisa bersama kalian mengharungi memori memori semalam dan harapan untuk esok bersama berakhir dengan penantian. Apakan terdaya kudrat pinjaman illahi ini, hanya mampu menganyam anganan seketika sementara dapat menarikan lagi jemari ini ke atas bonjol bonjol papan kekunci ini.

Beberapa minggu lagi, jemari yang girang menari di atas papan kekunci akan dihiasi sebentuk ikatan murni. Selama hampir dua puluh lima tahun jemari tidak tersarung ikatan padu kasih, kini ia bakal dipetik jejaka kudus hatinya. InsyaALLAH, jalan menghampiri gerbang bahagia tidak lama lagi bakal kami jejaki.

Bukan mudah mencari apa erti setulus kasih seikhlas cinta. Adakalanya kita mengejari terlalu pantas untuk mendakapinya namun kecundang di penghujung cerita, ada pula ketikanya perlahan dan teguh mengepunginya sedang dipertangahan itu yang dikurniakan adalah jalan buntu.

Maka dengan membuka seikhlas hati, menadah tangan ke junjungan Illahi, sudah benar si dia ditakdirkan untukku, maka mata bertaut sudah utuh menyimpul janji mengunci hati. Bukan ajaib atau kebetulan jika cinta menolak gigi gigi pantai hati, sebaliknya sudah benar kita diukir di langit ke tujuh sana tentang perjalanan singkat ini.

Jika wajah yang ayu, rupa yang tampan menjadi kayu mengukur segala kasih sayang itu, nescaya tidak sampai ke mana janji kekal abadi yang di akad ketika bertentang mata dengan tok kadi. Jika harta dan kebendaan membentengkan segala cinta rindu yang mekar, sebentar lagi jualah akan roboh istana bahagia itu. Tidak ada yang kekal di wajah ayu, harta menggunung tanpa kejujuran dan keikhlasan hati yang kental. Rupa yang tampan bisa dimakan kedut usia, kebendaan yang menggila bisa bersilih gantinya sejajar peredaran dunia. Apa ketulusan dan kejujuran bisa terhakis jika dibajai dalam perhubungan cinta ini?

Setiap kali mata ini berpaut pada wajahnya yang lahir sejuta keikhlasan, membuatkan aku terus kuat menanam rasa cinta yang tak pernah kurasakan.

Sambil kesentuh lembut pipinya, bibir terus mengungkap kata, "Akan sering aku mencintaimu seperti esok tiada bagiku".

Kerut keningnya buat kali pertama mendengar bingkisan ini membuatkan aku tersenyum sinis. "Usah ditujah kebimbangan di dadamu kasih, aku sekadar ingin menikmati cintamu seperti tiada esok bagiku".

Di dalam mata itu, aku lihat ribuan cahaya kasih yang sering menambat jiwaku. Aku buta pada kelibat yang mundar mandir kerna mata ini di pahat sedalamnya tatkala pancaindera bersatu.

"Matamu memberikan aku semangat untuk terus kuat dan hidup", aku mengerling merenung jauh. Mahu sahaja aku lontarkan sekali gusar yang selama ini menghambat nurani.

"Matamu juga sayang, seperti ada satu daya magnetik yang menarik aku melihat dan terus melihat", diusai lembut rambutku.

Hanya mengambil beberapa bulan yang singkat, si jejaka rupawan itu bakal menghantar serombongan keluarganya menambatku dengan sebentuk cincin agar tidak ada lagi mana mana teruna bisa memboloskan dirinya memilikiku. Saat itu semakin hampir, aku hanya mampu memohon padamu illahi agar segala perjalanan yang kau ciptakan buat kami ini mendapat keredhaanMU.

Di sini aku mengakhiri warkah kasih ini, moga adanya ruang untukku berbicara terus dengan kalian tanpa ada batas waktunya. Doa kalian teman teman ibarat bunga bunga bertaburan di sepanjang perjalanan kasih ini.

Kepadamu yang membuatkan aku sering tertambat, kesudianmu menerima sekerdil jiwa ini amat aku sykuri. InsyaALLAH, ruang bahagia buat kita ada lorong dan corongnya. Terima kasih sayang.

Thursday, July 24, 2008

~~Monolog Bidadari Sepi~~

Jemari semakin pantas menari, mengucup segala derai air mengganas di pipi. Hati terus ditambat gelisah, mencari pengertian setiap bicara lantang yang kulafazkan. Benar ia sukar, aku mengerti! Tidak semudah itu menggapai bintang di langit. Jika mudah dicapai tangan, pasti tidak bermakna erti sinarannya si bintang pujangga.

Lembaran semalamku bukan untuk mendabik dada, malah bukan warkah cerita gembira. Sedang semalam yang kalian lalui adanya lahir putik bahagia. Sudah sudah menggarap landai kecewa, ia tiada penyudahnya. Ramai pula teman yang mampir mengetuk kotak pesanan bertanyakan apa cerita di sempadan bahagia?

Aku kuburkan sejarah lalu, wajahnya penuh tompok ngeri dan nyeri. Usah bimbang, tidak lagi akan ku calitkan warnanya pada bait bicara denganmu. Bila ku renung sedalam makrifat, persoalan merogol minda. Apa benarkah aku bisa memimpin bahagia? Atau dikejar lamunan semata?

Jengah semalam yang baru, kebahagiaan itu benar hadir selimuti segala pilu. Kehadiran jejaka berhati mulia satu harapan baru sekuat harapan Anwar pada Malaysia Baru. Mahu di akadkan sahaja agar bisa menguntai pasir pantai yang jernih dan bersih, itulah gelora hati yang menggigit bibir bibir jiwa. Walau senyummu gambaran indah, aku lebih suka menjenguk dasar ikhlasmu untuk memacu anganan dunia.

Tapi...gusar menyelit di kala segala warna indah mencorak lukisannya. Segumpal ketakutan menyesakkan dada, sebeban kesedihan meledakkan auranya. Perlukah bicara soal kejujuran? Kelak mencari bibit ketegangan. Perlukah bicara tentang keikhlasan? Kelak tersadung keterkilanan. Sudah sudahlah menghentam hati, takut tersungkur dari bahagia.

Sesepi ini aku rasakan, aku hanya mahu sendiri. Melihat esok dengan haluan nurani, tak mahu bersama angan yang gering. Aku lihat dipantulan cermin, layakkah aku membancuh bahagia dalam kesempurnaannya?

Tatkala ini, di kala hujan bisa temani gerutu sepi, apa lagi langit menebar pelangi, aku mahu sendiri dan mencari diri yang mati. Apa layakkah menghampiri jiwa merdeka sedang aku masih ditawan luka pilu?

Bahagia itu teman...apa adakah jaminan setia kekal abadi?

~~Buku Lama Lembaran 365~~

Setahun berlalu, aku melangkah ke alam baru. Pada yang mengerti, kamu mungkin bisa tersenyum dan buat yang kabur, usah kau sesakkan benak mencari apa kata ku.

Aku mahu ucapkan SALAM HARI LAHIR KEMBALI!

Harapan masih terus menjadi harapan, impian tetap mendaki tinggi walau kaki berpijak di bumi.

Pada yang menerima, ketabahanmu mercu segala semangat.
Pada yang tidak mahu mencari erti bahagia dan menantikan dia, patutnya kamiu lebih mencari ruang redha.

Aku mahu ucap SALAM BUAT AKU YANG TERUS BISA BERNAFAS

Alhamdulillah

~~Aku Kalut~~

Kalau bicara bisa tumpul
Aku kini hilang ketajamannya
Di mana ia lumpuh
Aku mencari saraf yang terhenti

Buntu bukan milik cendiakawan
Berlari dan sembunyi sifat kurang pintar
Sedang ku tahu siapa aku
Tak gentar di tuju
Tak gugup di acu

Hati mula berkabus
Warnanya malap semurung senja
Aku benci warna itu
Tatkala mentari melabuh
Jiwa turut kabur

Meraba tatkala mencari bintang
Tingginya melangit cahayanya melata
Menyepi menanti desir ombak
Yang menghempas ke pantai
Alunan berdesing sumbang

Wednesday, July 23, 2008

~~AkU TaK mInTa SiApA PuN TaHu~~

Aku tak minta siapapun tahu
Tingginya langit itu
Rendahnya tapak ini
Bukan beban yang harus kau pikul

Aku tak minta siapapun tahu
Gelora bukan untuk kamu
Pilu itu bantal busukku
Sepi kelongsong lagu girangku
Gelisah temani mimpiku

Aku tak minta siapapun tahu
Gobok menyimpan kepahitan luka lalu
Kuncinya sudah ku benamkan
Entah di mana terlupa ingatan

Aku tak minta siapa pun tahu
Luka itu bisa sembuh
Dalam kudus doaku
Biar berlalu sendiri
Biar dihimpit gering

Usah di intai lagi
Kau pasti ngeri

~~Kalau Bulan Bisa Bicara? Kau Juga Mahu Menutur Kata?~~

Bulan...
Malam ini gelora hadir kembali
Sejuk dingin dalam sepi
Mencari khilaf yang tercicir

Kurenung dada langitmu
Kau murung disambar salju
Dibalik awan hitam kelabu
Wajahmu seiring gerutu hatiku

Bulan...
Malam ini kuratap lagi kisah itu
Bencinya menjadi aku datang lagi
Menguris dada langitmu
Menjerit pecah maya
Aku kegugupan

Bulan...
Dakap aku yang dalam kedinginan
Cerita malam menjeling tajam
Membawa sangkutan esak gelora

Bulan...
Peluk tubuhku yang keresahan
Ingin berlari padamu
Ingin di dodoi dalam bayumu
Aku resah aku gelisah

Bulan...
Aku mahu kunci bahagia
Berikan padaku jika kau ada
Keletihan meratap kisah lalu
Kini menjadi hantu hantu di gerobok jiwaku

Owh bulan kekasihnya pungguk...
Selimutkan aku yang menggigil
Ketakutan mula memuncak tinggi
Merenung langit yang bisa rebah ke bumi

Jika aku bisa terbang
Sudah ku lari jauh dari maya
Jika aku bisa menghilang
Sudah ku lesap di penjuru malam
Jika bisa ku putar semesta
Sudah ku putar sejarah silam
Agar makhluk tak perlu mengenali
Siapa aku dan siksanya batinku

Apa mahu berlari?
Kaki sudah kudung
Apa mahu berpencak di gelanggang?
Senjata kontot sudahpun tumpul
Apa mahu bertikam lidah?
Tikaman sudah hilang bisanya
Apa lagi yang mereka mahu?

Bulan...
Kau tetap di sisiku biar aku terkujur mati?
Kau tetap merenungku bak lenggok sang puteri?
Kau tetap setia padaku biar tiada sang mentari?
Terima kasih bulan
Kau tegar dalam cintamu bersamaku...

Monday, July 21, 2008

~~Jangan Lafaskan Kata Itu, AKU DI KEPONG RASA BAHAGIA~~

"Apa kau sudah bersedia?", lamunan panjang dalam hidup mula disambar halilintar oleh pertanyaan itu.

"Sudah", ah ringkas benar jawapanku seolah tidak dapat meyakinkan sesiapa.

"Benar kau dah sanggup memikul beban itu, menjadi teman hidupnya?"

"Apa wajahku menggambarkan aku hanya mahu keseronokkan? Di wajah ini riakknya nampak main main sahaja ke?", itu jawapan panjang lebar yang aku ajukan kembali.

Papa riakkan wajah gusar, di hatinya tersarang rasa gundah. Benarkah si Mr Hunny dapat mencurahkan kasihnya seperti mana papa membelai manjaku sepanjang 25 tahun? Dari air muka yang tenang itu dapat ku baca segala resah papa, namun itu tidak bermakna ada bantahan keras dari nuraninya.

"Kalau macam tu, papa iringi dengan restu dan doa buat kalian"

"Cinta dan kasihmu papa, tak dapat ditandingi oleh mana mana insan bergelar manusia. Kamu papa terbaik dan aku mahu terus menjadi anak tercinta buatmu", aku menelan gusar papa dengan janji manis yang kusuburi sepanjang hayat denganmu papa.

.........................................................................................................................................................................

"Berapa lama kau kenal?", berbumbungkan langit pekat malam, teman mula berbicara.

"Semua pasti tak percaya, paling tidak ada yang akan katakan aku gila", aku hanya mampu menjawab dengan setenangnya

"Tak lah begitu, cuma ceritakanlah kisahnya agar kami tahu bagaimana bibit itu bermula", teman itu terus mendesak.

Nah, aku mahu muntahkan di sini segalanya. Kata orang, perkenalan itu harus memakan masa agak lama untuk lahirkan rasa cinta. Ada yang mengambil masa tiga bulan, ada pula enam bulan dan ada yang mencecah angka tahunan. Padaku, cinta itu tak perlu berbunga terlalu lama jika hati sudah terpaut, mata bertentang jiwa tenang, senyum berbalas penuh ikhlas.

Akhir May lalu, aku mengenali Mr Hunny dalam jarak sangat hampir. Walau saban hari kamu bertemu, tidak sekalipun aku endahkan teguran itu. Aku sudah lama matikan segala rasa ingin disayangi. Aku mahu terus sendiri agar tidak di tikam perasaan pedih. Aku takut bermain api, kelak esok memakan segala sisa sisa diri.

Akhir May lalu, aku berjabat salam dengannya dan segala sendi mula bergetar. Itu hanya kali pertama, sudah segala getaran cinta menular dalam nadi. Ah, siapa kamu ini, itulah bisik hati kecilku. Aku tegas membingkis agar tidak hiraukan senyuman manis yang di ukir jam 3 pagi lewat May itu.

Hanya berlandas senyuman, aku lihat bentuk cinta hadir dalam bayu yang halus. Terbang dan bersandar di bahuku. Dari tidak mengenali, aku mula mendekati. Mahu ku lari jauh agar tidak tersiksa lagi, makin dekat debunga rindu melilit. Ketakutan musim luruh lalu buatkan aku buntu untuk mendakap selembar kasih itu, tapi apa benarkah lain padang lain lalang? Kejam jika aku harus menghukum semuanya sama.

Hari bersilih waktu berganti, aku makin resah dalam lirikkan senyumannya. Malam tidak lagi tenang, yang ku mahu adalah miliki sepenuhnya senyuman itu. Bisakah aku? Apa dia juga begitu? Atau aku sahaja yang kepingin merasainya.

Kini, biar bulan itu hanya berlalu kurang dari 100 hari, Mr Hunny dan aku bakal mengkahiri babak pertama fasa kehidupan abadi.

"Sudikah kamu menjadi isteri dan ibu pada anak anakku?", walau biru wajahku menahan malu namun aku hanya mampu menggengam jemarinya tanda setuju.

"Apa sudikah kamu untuk menerima insan sedaif aku ini?", tuturku tersangkut sangkut.

"InsyaALLAH, aku yakin kita telah ditemukan untuk mencari kebahagiaan bersama", jemarinya menyapa lembut pipiku. Ahhhh, segala rasa pedih dalam kelopak hidup ini seolah berlalu pergi ketika jemari itu menyentuh rongga rongga kulit.

"Aku tak mahu berjanji..."

"Jangan...jangan kita berjanji, kelak takut tak terpatri", kataku separuh jalan dipintasnya laju seolah menahan trauma yang menghantui diri.

"Kasih, tuturku usah kau ragui", mataku sudah kutambat dalam dalam terus ke dasar hatinya.

Benar, beberapa minggu dan bulan lagi, aku melangkah ke babak baru. Kadangkala, hati kecil berbisik bimbang, tertanya tanya tentang keikhlasan namun apakah harus ku bawa segala ini sepanjang menjalani kehidupan dengannya?

Cinta ini, tiada siapa memaksa tiada siapa menduga. Cinta ini kalau bisa di tanyakan tentang kejujuran, pasti tiada jawapan yang hadir namun cinta ini dilahirkan tatkala Mr Hunny dan aku bukan dalam alam misteri. Mana mungkin cinta terjalin beberapa waktu bertentang mata, mana mungkin keputusan mengkahiri alam remaja bisa diputuskan kurang dari tempoh mengenali diri masing masing.

Apa pun warna cinta itu, aku dan Mr Hunny sudah benar benar sedia. Hapuskan segala keperitan dan campakkan belai cinta dalam hatiku, maka akan aku tanamkan benih kasih sesuci Zulaikha yang tak bisa kau berpaling.

Jika kau takut pada janji, aku tak mahu ada janji dalam cinta. Sebaliknya akanku jahitkan lembaran kata kataku dan kusarungkan pada dingin kasihmu yang lalu, moga moga ia tidak lagi menggigil mencari belaian insan yang bergelar isteri dan ibu pada anakmu. InsyaALLAH.


Wednesday, July 16, 2008

~~Entri Ini Untuk Kamu Yang Amat Mengerti Siapa Aku~~

Dulu...

"Kalau kerja sampai bila pun tak habis"

Aku menjeling tajam walau bibir menguntum senyum paksa. Beberapa bulan lalu, aku pernah dihambat bait kata itu dari jejaka yang sering membuatkan muncung memacu tajam.

Ketika itu, dia sering mengajukan pernyataan pernyataan sinis padaku. Aku mula kurang senang bila bertentangan dengannya.

Kini....

"Sayang, kalau u nak pulangkan balik kata kata itu, I terima"

Hari ini aku mendengar jejaka itu meminta aku memulangkan kembali kata kata itu padanya.

Terimbau 'moment' itu, sedang dia menghirup teh petang hari di kedai mamak berhampiran tempat kerja, aku pula berjalan menuju ke tempat 'parking' kereta, pertengahan halaku lantas sapaan itu terpacul dari bibirnya menusuk alur telingaku. TEKANAN!!!

Sebentar tadi...

"Sesibuk mana pun i, pasti ada waktu untuk kita bersama. Takkanlah nak luang sedikit masa tak boleh"

Hurmmmm, selama ini aku sering menelan butir kata "Sorrylah, i busy. Nanti tak bz kita keluar ye", tak pun ayat yang hampir sama seperti ini "I busy lah, bukan i pergi mana. Kerja i memang banyak. U cubalah faham sikit. Kalau u busy, I tak pula paksa paksa u".

Itulah yang aku telan selama ini! Setiap janji sukar nak dikota, hinggakan akhirnya aku menelan rasa pedih dan buntu.

..............................................**************............................................

Buat kamu yang kini menjadi kekasih, buat kamu yang tatkala ini kita menyulam benang cinta menuju hari bahagia, buat kamu yang sering memberikan senyuman yang sudah lama mati....

Kalau bisa aku pahatkan kata kataku, ambil ini sebagai azimat. Belum pernah aku temui insan selembut kamu menyemai kasih dalam hati, tak terlihat lagi dari mata bundarku tentang kelibat lelaki yang ayu meyentuh bait bait rindu. Kau bukan istimewa lagi buatku, hadirnya kamu umpama penawar yang menyembuh luka luka pedih jalanan ini.

Sayang, bersamamu aku tak mahu pohon doa menggunung. Cukuplah sekadar Yang Esa merestui kasih ini dan antara kau dan aku bisa menempuh ranjau yang berliku dengan angin ketenangan.

Aku tak punya kata kata lagi, hanya satu yang berpaksi di dada...AKU MAHU KETULUSAN KASIH INI KEKAL BAHAGIA SELAMANYA.


Friday, July 11, 2008

~~Serabut~~

Semakin dekat, aku semakin takut.
Hati berkata kata, kelu bersuara.
Cerita lepas ah! biar dinesankan.
Kusam jiwa sering bicara kalut.

Wednesday, July 09, 2008

~~Seterusnya Kau Harus Tahu~~

Berlalu musim tengkujuh itu menutup debu debu silam, apa aku harus berhenti dari impian walau jelas segala keindahan tersergam di hadapan mata? Aku tidak lagi bangun dari tidur yang penuh warna warna kusam, kicau burung kelicap dalam dingin pagi memberikan sinar gemilang buat harianku. Apa aku sudah asyik benar dalam ruang selesa?

Benar, sudah kupadamkan dan matikan segala kegersangan rasa yang menghimpit lombong hati. Tiada lagi intaian gambar gambar luka di balik jendela buruk itu. Sudah kukepamkan dan campak jauh benar dari galaksi ini. Aku sedang gian dan ketagih dalam candu bahagia yang dipersembahkan oleh si jejaka yang menambat hati ini dengan semboyan alunan gemersik untaian kasih.

Siulan ghairah bibirmu sering melenakan malam hari dan terbawa dalam mimpi gering saban waktu dulu. Dengan mu, tanpa semangat, tanpa kekuatan, tanpa harapan, ia tidak menjadi sebaik dan sepantas ini. Perlukah aku kupas luar dan dalammu untuk kau bisa tahu apa yang aku rasai?

Aku lebih ghairah menyimpanmu dari memaparkan keperibadianmu pada umum, gusar mereka bisa terlihat keindahan hatimu dan aku berperang dengan kecemburuaanku. Maaf kerana aku begitu tamak dan tidak mengizinkan siapapun berkongsi denganku. Berlalu mendung itulah yang membuatkan aku menjadi seorang yang sangat penyayang dan tidak sanggup berkongsi senyuman.

Bila bulan tak timbul, aku mencari penuh asyik. Tertanya kenapa kau sembunyi malam ini? Adakah awan gelap menyelindungkan kamu dari bercumbuan denganku? Apakah kamu sedang memadu asmara bersama pungguk di balik pekat malam sana? Aku di sini biarpun bertemankan kekasih hati namun tetap tidak mahu lepas dari mencintaimu bulan. Kau penyeri ketika aku di himpit luka, kau penyembuh gering nazakku. Tanpamu bulan, di mana dan ke mana sebenarnya langkahku?

Biarkan aku menganyam impian, dengan si jejaka seindah putera kayangan. Usah kejutkan aku dari mimpi jika lenaku dalam pelukannya. Usah paksa aku lelapkan mata jika di hadapanku sesusuk tubuh perwira. Usah hentikan denyut nadiku sedang dia sedang melayari bahtera kasih denganku. Aku mahu dia gembira, tersenyum manja, membelai mesra dan memimpin ke arah cinta dunia akhirat. Bersamamu, aku tak akan berhenti menjadi nafas nafas dalam perjalanan hidupmu. Andai terpisah jasad dan roh ini, aku tetap meniup seruling rindu agar bertemu di alam abadi.

Saturday, July 05, 2008

~~Lagi Cerita Tentang NOVEL??~~

Semalam terus berlalu dengan nada sayu, mencari sesuatu yang tak pernah aku impi dan bayangkan. Sudah - sudahlah mengait bintang di langit, merindu bulan gemilang, merenung pungguk di awan dan akhirnya aku terus di sini bersama harapan demi pengharapan.

Aku bangun dan terus terjah ombak ganas, aku tak peduli lagi tentang impian dan angan angan. Terus mahu terjah ke syurga yang janjikan babak babak indah dalam klimaks kehidupan. Pedulikan segala apa yang aku terjah, kalau luka ia bisa sembuh, kalau tertusuk duri ia bisa di cabut, kalau diracun ada penawarnya, nah! Apa lagi yang menghentikan dari terus menerjah ke lembah nikmat kehidupan?

Dalam perjalanan penuh dendam dan semangat menggila, aku terpaku melihat sesuatu sinaran Tuhan yang memanah indah. Tuju tuju sinar itu merembat titik luka jiwaku. Aku tak mahu hampir, aku takut latans naluri menjadi anak kecil. Merengek ketakutan, mencebik layu, namun mampir jua perkuatkan hati menuju laju, sangat laju. Segalanya berbolak balik, sekawan burung terbang berselerak, memacu pecut ingin jua hampir ke arah cahaya itu.

Aku lihat dengan jelas, aku hampir dengan ikhlas, aku tuju dengan deras, aku dakap penuh tegas. Sinar itu rupanya sang jejaka bertubuh kental, tidak ada cacat celanya untuk aku mengomel sinis. Sinar kuat itu hakikatnya insan biasa sepertiku, punya jasad dan rohani, punya iman dan semangat, punya kudrat dan tekad. Kenapa alam tunduk hampir padanya? Aku tak gemar, aku tak endah, aku mahu alam jua tunduk padaku. Bolehkah begitu pintaku? Kau bukan siapa siapa, tapi mengapa sekawan burung senyum padamu? Kau bukan istimewa, tapi mengapa deru bayu menyeru rohanimu? Kau buat aku tak keruan, gelisah dalam terik sinaranmu.

Salam kubicarakan lembut sambil menyambut kudus jabatnya. Tiba – tiba aku rebah. Aku rebah? Ya benar aku rebah menggengam jemari itu. Yang rebah itu bukan jasad, sebaliknya jiwa yang lama mati mencari tanah untuk dikuburkan. Yang rebah itu juga bukan susuk tubuh sebaliknya kekuatan rohani yang terbang bersama luka luka masa lampau.

Mata dua rohani bertembung, jiwa anak adam dan hawa ini diselubungi kabus. Berbisik hati kecil hanyalah suara suara gembira yang menjalar hidup kembali. Bunga yang layu kini menyerap cahaya itu dan mengopak kuntumnya. Gagap bicara lidah kelu. Aku dihambat rona bingung, lantas bicara hati bertanya lagi, terus dihantui bingung? Alam seperti biasa, tertawakan gejolak hatiku yang pantasnya seperti serba tak keruan, kayaknya seperti anak - anak kecil, lucu benar. Dendam hati kecil ini terus menjeling pada bisikan alam itu lantas kubicarakan, “bila aku bahagia, aku tak mahu kongsi denganmu”, getus hati kecil yang kelibut pada alam yang cemburu.

Bicara mula kalut, lentuk gemuruh terus gerutu dan sebenarnya yang bermain di benak ialah apa? Aku ingin tanya siapa kamu, mengapa kamu hadir memahat semesta maya? Gayanya seperti putera kayangan langit ke tujuh, tuturnya menempel sebaldu kabus. Kalut aku ini, semakin terus dihumban kalut.

“Jangan tenung aku begitu, aku lemah dengan lirikan matamu”, dia memecah buntuku dengan bicaranya dan aku rebah kali kedua. Gelakkan aku jika kamu mahu terus mengecapi bahagia wahai semesta maya. Aku tak endah akan hilai bahakmu. Bisikku dalam jiwa, “kau rebah dengan lirikanku sedang aku rebah dalam senyumanmu. Kau yang gila atau aku tergila gilakan senyuman itu?”

“Bibirmu indah, alis mata mempersona, izinku memahat namamu dalam jiwaku”, di genggam jemariku sambil bait kata itu lantas memacul. Aku sesak jiwa raga, pernafasan terus terusan tak keruan seperti tersadung urat nyawa. Jangan khabarkan bahawa aku dipacu cinta, jangan lafazkan bahawa aku dihambat asmara. Ingin ku tanya sejuta tanda tanya tapi tak terluah, terkunci segala pintu pintu bibirkubila bicara menujah minda.

Pungguk yang bersangkut di balik pohon rendang terbahak bahak gelakkan kelakuan sumbingku. Cacat bila bicara dengan jejaka ini, tumpul segala amarah, gugur segala dendam. Bersarang di hati hanyalah persoalan demi persoalan. Kau siapa wahai jejaka? Dari mana hadirmu? Apa mahumu? Jangan hadirkan buntu itu lagi, aku sudah berjanji untuk dikuburkan tanpa kasih seorang lelaki.

……………………………………………………………………………………

Babak baru lagi dalam novel yang tak pernah ketemu jalan penyudah. Aku mahu kongsi sedikit warna cerita dan kalian nantikan sambungannya ya!

~~Usai Segala Derita~~

Padamu kasih kuhimpitkan segala rindu
Biar sesak nafas kencang aku terus terbang
Burung berkicau nyanyi bersama
Layangkan semua kusut derita

Kukutip picisan rindu yang gugur
Terhanyut di alam gelita
Tiada sinar petunjuk haluan
Kini hadir kilauan mutiara

Kekasihku Sayangku
Mereka biar terus buntu
Dari mana hadir rindu
Menghimpun kuntuman salju

Kekasihku Kekandaku
Biar tersergam tanda tanya
Di kusut benak mereka
Tentang cinta ini yang penuh misteri

Aku cari bahagia bukan dirimu
Aku cari belai mesra bukan jasadmu
Aku cari tulusnya cinta bukan kebendaanmu
Dan ajaibnya ikhlasmu melantunkan doa kudusku

Memanah mata bundar
Menambat senyuman penawar
Mematri kelembutan gelora
Kaulah bahagia yang ku impikan

Selangkah tak pasti berundur
Aku mahu terus mencari sinarmu
Berikan segalanya padaku
Biar kuusai kekusatan itu