Merenung masa masa silam
Yang tinggal hanya saki baki
Menyelak lembaran gelap
Hitam dan kusam
Meleket leket hingga ada yang terkoyak
Ada helaian yang berdebu
Hingga mati anak anak lipas tersepit di celahnya
Itulah dia semalam yang tidak terpadam
Esok mungkin tiada mungkin ada
Segalanya belum pasti
Itulah semalam yang kelat jika di rasa
Pahit jika di telan
Rentetan itu semakin menjadi usang
Hingga terhina melihatnya
Semalam bukan permainan
Yang baik itu seringnya mengukir senyum
Yang geringnya sering menjadi dendam
Terkumpul hingga ada saat saatnya terpatri sengketa
Intipati terbungkam rapi
Hanya airmata bisa iringi
Darah mengalir bukan lagi merah
Putih hingga ke tulang
Melihat amarah semalam
Membibitkan seribu penyesalan
Semalam itu buta dan pekak telinganya
Semalam peritnya mendalam
Apa bisa semalam dimatikan?
Hanya dengan hembusan lilin harijadi
Meraikan segala kesan hitam
Ambil yang ceria bawa ke hari esok
Mungkin tidak....
Dendam itu sahabat syaitan
Dendam itu pendorong amarah bahaya
Tapi bisakah si kiyai ingati
Jika dendam sedang merasuk dalam diri
Itulah coretan semalam
Yang bawa segala egois
Hingga mati tak akan kusesali
Tumahnya darah atas semalam