Malam itu tika leka merenung bintang di langit, aku disapa pari pari yang lama menyepi dan menghilang. Entah di mana kamu menghilang, sudah rindu bangat aku menantikanmu. Aku mendakap pari pari cantik itu, membayangkan alangkah indahnya jika wajah sesinar kamu.
"Kamu dalam bahagia? Apa cinta itu benar kamu rasai tika ini?", sapaan lembut pari pari kayangan menyentak aku dari bicara sama bintang.
"Aku rasakan bahagia, tapi apakah itu namanya cinta? Aku rasakan rindu, apakah cukup untukku khabarkan seisi alam bahawa kalbu dipahat kasih itu?", bisikku padanya
Pari kayangan membisu, terbang melilit putaran lawan jam. Renungannya penuh sayu, sentuhan mula merayap ke seluruh wajahku.
"Pada wajahmu ku lihat sinaran gemilang, hatimu yang luluh kini kian berkilau. Mimpi ngerimu sudah lewat pergi meninggalkan cinta lalu, ku sadari kau hampir menuju apa itu puncak bahagia", bingkisnya padaku penuh berlagu
Bolehkah aku terus ditemani kamu si pari pari? Sungguh menenangkan sungguh mendamaikan hingga melihatmu sahaja sudah membuatkan aku nyaman di dada. "Aku masih kalut, buntu kadangkalanya namun tidak tahu dari mana kekuatan itu datang dan menghambat segala rasa itu.", tunduk aku berbicara sambil mata ku pejam erat erat.
"Renung aku wahai si manis, usah kau kalutkan fikiranmu. Hatimu umpama kelopak bawang, senipis sutera. Lihat ke dalam hati dia yang kau puja, sentuh selembutnya dan jangan bawakan gusarmu melewati dinding bahagia. Bukankah katamu dada kian bergetar tatkala mata kalian bertautan?", terus didakapnya kepalaku yang penuh buntu.
"Besar mana lagi dugaan esok pari pari?", soalku
"Pada Illahi harus kau tanyakan, pada Yang Esa harus kau sujud dan pinta jawapan", senyum dan manis benar wajah mulus si pari kayangan.
"Kamu tahu betapa debarnya jantungku bila mana dugaan mencelah? Aku bisa tandus dalam gugup cobaan. Lantas bagaimana aku harus membelai sebutir hati yang jujur dan mulus itu?", ku tujah persoalan demi persoalan.
"Segalanya dalam tanganmu, sepenuhnya dalam mindamu, sekerasnya dalam getus hatimu. Senyumanmu bisa memanah seluruh raganya, tatkala kamu buntu lemparkan sahaja gusar itu lantas berikan senyuman ikhlas yang menambat hatinya", sambil bicara dengan indahnya.
"Usah kamu berlalu pari pariku, jangan biarkan gundahku berleluasa. Temani aku sepanjang gelora, dodoikan aku kala gembira."
Sambil berlalu menongkah gelap awan malam, pari pari hanya berikan aku sebutir ciuman kasih dan dakapan penuh cinta. Katanya, aku harus sendiri menempuh alam ini.
Wahai bulan peneman setia, matahari memberi ceria, aku butuhkan segala semangat yang hilang. Usah biarkan sepi menjerut hati! Apa adakah warna pelangi lewat malam begini?
"Kamu dalam bahagia? Apa cinta itu benar kamu rasai tika ini?", sapaan lembut pari pari kayangan menyentak aku dari bicara sama bintang.
"Aku rasakan bahagia, tapi apakah itu namanya cinta? Aku rasakan rindu, apakah cukup untukku khabarkan seisi alam bahawa kalbu dipahat kasih itu?", bisikku padanya
Pari kayangan membisu, terbang melilit putaran lawan jam. Renungannya penuh sayu, sentuhan mula merayap ke seluruh wajahku.
"Pada wajahmu ku lihat sinaran gemilang, hatimu yang luluh kini kian berkilau. Mimpi ngerimu sudah lewat pergi meninggalkan cinta lalu, ku sadari kau hampir menuju apa itu puncak bahagia", bingkisnya padaku penuh berlagu
Bolehkah aku terus ditemani kamu si pari pari? Sungguh menenangkan sungguh mendamaikan hingga melihatmu sahaja sudah membuatkan aku nyaman di dada. "Aku masih kalut, buntu kadangkalanya namun tidak tahu dari mana kekuatan itu datang dan menghambat segala rasa itu.", tunduk aku berbicara sambil mata ku pejam erat erat.
"Renung aku wahai si manis, usah kau kalutkan fikiranmu. Hatimu umpama kelopak bawang, senipis sutera. Lihat ke dalam hati dia yang kau puja, sentuh selembutnya dan jangan bawakan gusarmu melewati dinding bahagia. Bukankah katamu dada kian bergetar tatkala mata kalian bertautan?", terus didakapnya kepalaku yang penuh buntu.
"Besar mana lagi dugaan esok pari pari?", soalku
"Pada Illahi harus kau tanyakan, pada Yang Esa harus kau sujud dan pinta jawapan", senyum dan manis benar wajah mulus si pari kayangan.
"Kamu tahu betapa debarnya jantungku bila mana dugaan mencelah? Aku bisa tandus dalam gugup cobaan. Lantas bagaimana aku harus membelai sebutir hati yang jujur dan mulus itu?", ku tujah persoalan demi persoalan.
"Segalanya dalam tanganmu, sepenuhnya dalam mindamu, sekerasnya dalam getus hatimu. Senyumanmu bisa memanah seluruh raganya, tatkala kamu buntu lemparkan sahaja gusar itu lantas berikan senyuman ikhlas yang menambat hatinya", sambil bicara dengan indahnya.
"Usah kamu berlalu pari pariku, jangan biarkan gundahku berleluasa. Temani aku sepanjang gelora, dodoikan aku kala gembira."
Sambil berlalu menongkah gelap awan malam, pari pari hanya berikan aku sebutir ciuman kasih dan dakapan penuh cinta. Katanya, aku harus sendiri menempuh alam ini.
Wahai bulan peneman setia, matahari memberi ceria, aku butuhkan segala semangat yang hilang. Usah biarkan sepi menjerut hati! Apa adakah warna pelangi lewat malam begini?
No comments:
Post a Comment