Friday, May 02, 2008

~~Warkah Buat Farysh Lagi. Apa Dia Bisa Membaca?~~

Perjalanan ini sungguh benar banyak likunya, hingga aku sering tersesat mencari arah tanpa panduan. Kiri dan kanan, fatamorgananya sama panjang dan suram namun aku redah dalam penuh berhati.

Jatuh bangun, jatuh lagi dan bangun lagi malah tersungkur hingga luka lutut di kaki semuanya aku telan penuh redha. Keringat tumpah seiring lajunya dengan airmata jatuh sembah ke bumi tetap ku rentasi. Aku akan terus bangun biarpun ketika itu mereka tertawa melihat aku terjelepok di tanah rata.

Andainya tiada siapa harus menyambut tanganku, aku tetap bahagia dan tersenyum meredahi ranjau liku ini dan di depan sana aku yakin tersedia lembah gembira. Masih ingat akan anak kecil yang ku panggil farysh? Si comel yang sentiasa menemani hari hari sepiku itu membawa sebutir sinar tiada galang gantinya. Dari matanya kulihat segala cinta, aku mahu terus mendakap dan mengucupi lembut gebu pipi itu hingga satu hari nanti ia bertukar gerutu di telan perubahan hormon, tetap ingin ku landaikan bibirku mengucupi pipinya.

Mungkinkah dia bisa mengerti aku ini amat mencintainya? Dia bukan siapa siapa, tak bisa bicara, tak bisa mengerti tuturku namun melihat bibir rekah senyumannya buat aku dilamun cinta. Farysh, ku anggap seperti anak sendiri bukan lagi atas nama anak saudara yang berbinkan Kamal Amirul Mukminin.

Pergilah segala sengketa, aku kini menemui cinta bahagia. Entah benar entah tidak aku akan hidup seribu tahun lagi, tapi kata itu sering kulafaskan tatkala kuhayun tangan mendodoinya. Mengapa cemburu benar derita? Setiap kali aku bercanda dalam bahagia, pasti hadir cemburu derita itu menganggu kebesaran girang.

Farysh, entah bila aku harus pergi, kau usah tangisinya kerna aku pasti nantikanmu di syurga. Kau harus tahu betapa indahnya hidup ini jika hatimu diisi penuh cinta yang ikhlas. Senyumlah sayang, senyum yang sentiasa menguntum bunga cinta di hati mama, papa dan kami semua.

Bicaraku biarpun tak bisa kau baca, aku sering bisikannya bila masa dodoiku sentiasa menemanimu. Kuoles - oleh gebu pipimu dan dengan penuh rasa kasih ku dakap segala lelahmu. Kasihnya aku padamu tak bisa ada tandingannya.

Derita, berlalulah segera. Aku mahu terus gembira, di dampingi insan yang kucinta. Aku yang kini mati rasa cukup bahagia di sisi insan insan yang memberikan ruang untukku menumpang kasih dan melayari sayang.


No comments: