Pemanis bibir pelembut kata, aku susuli dalam salam pertemuan buat kalian yang ketagihan menatap laman maya ini saban waktu. Assalammualaikum diserta pautan salam mesra.
Bosan dengan titian jalanan dilitupi tebal kesibukkan waktu. Bukan lagi berbaur cemburu, cuma pesanan ringkas dari waktu itu menghembus azimat agar bijak mengaturnya. Langit cerah bersilih ganti gelap pekat dinihari adakalanya membuatkan aku tersepuk di pinggir putaran masa memikirkan apa yang telah aku tempuhi lewat kitaran 24 jam ini. Serbanya tidak mengena dengan aturan sibuk diari kelabu.
Ku selit rona warna menceriakan laman maya yang kian sepi dengan ketukan jemari di atas papan kekunci. Terselit habuk kecil di celahnya mungkin kerna kurang berasmara dalam keempukan maya. Banyak yang ingin ku dedahkan dari liang kecil hati pada kalian, tapi kesuntukkan itu mencacatkan taman mayaku untuk menyentuhmu hati ke hati.
Sepertinya malamku kini kurang disemai baja subur kerinduan, aku ternanti akan hadirnya kedamaian sekeping hati yang gejolak di medan tempur sendiri. Entah di mana aku merentasi, sesat dan terkurung di rimbun lalang penuh duri. Torehan luka pedih itu membuatkan semangatku pudar dan api semaraknya tidak gah seperti lewat waktu itu.
Perjalanan ini semakin sempit ruangnya, gelombang sakti hilang bisanya, yang tinggal hanya saki baki semangat yang tak mungkin pupus. Ku lontar setiap isi amarah untuk siapa? Ku gegar kubu cinta? Untuk meredakan hati yang luntur cahaya? Cermin bukan lagi pantulan hidupku, kelopak air yang berbayang bayang itu sering melukis riak sebenar gusar hati insan kerdil ini. Kebingungan semakin menghimpun di benak hingga tidak bisa lagi ku jerit lepaskan amarah.
Jalanan kian parah, tempang kakiku mengheret perit derita, luka jiwa tiada lagi jalan penawar, buntu minda bergejolak dalam seribu bahasa. Apa aku tidak tahu erti jalan pulang? Siapa itu untuk bertanyakan apa yang aku rasa? Mengapa aku harus rungkai sejuta kata? Tak bisa kau mengerti tentang aku dalam dilema kotak serabut, bersimpul hingga terjerut, tersepit hingga menghimpit.
Kalian si peneman setia blog mariniberbicara, kau pasti tertanya apa sebenarnya kemelut yang kulontarkan ini, kau pasti jua terdetik untuk melapangkan dadamu agar bisa mendampingi keluhan hatiku, mungkin terbit jua di benakmu tentang aku yang semakin berbelit liku hidupnya. Nah biar aku rakus menebar isi hati, aku sendiri tidak tahu apa yang menyulitkan hati untuk terus mengacu langkah sedang landasan sudah terbentang indah.
Mencari sekeping kepercayaan dalam harungi cinta tiba tiba mati tidak bernyawa. Aku kejam menghukum insan tidak berdosa namun aku kini mati segala rasa cinta. Bagaimana? Apa ada sisa itu untuk terus menerkam dan mengoyakkan kembali benteng ketakutan itu? Buntu dan bingung dalam ombak besar penuh rakus di lebarnya lautan.
Di hujung puncak gunung derita, aku kaget melihat suram landai bahagia. Terlalu tinggi aku terbang dan gayat untuk pulang berpijak di bumi nyata. Tali itu terputus di saat bahagia sedang melayang layang menerajui segala rasa. Maaf tidak cukup, ampun tidak ampuh, tangisan tidak layak menceritakan kekusutan itu.
Di akhir perjalanan ini, aku hanya mahu bertapa di gunung derita dan mencari penawar bahagia. Izinkan setiap saat di puncak ini mendapat sayu berita dari sang burung yang setia menghantarkan khabaranmu di curam gelisah. Moga moga, tali yang tersimpul bisa terurai, kekalutan kian terlerai dan kemarakkan api cinta bisa meletus bak merapi di seberang sana.
Antara bingungmu dan lukaku, racunmu dan malapku, patah hatimu dan kekalutan jiwaku biar kita serahkan pada Esa yang menentukan apa arah dan ke mana tuju episod esok yang bakal kau dan aku tempuh.
Bakal ku susuli dalam lembaran baru cerita hebat gerakkan anak muda pemangkin perjuangan rakyat dalam mencatur strategi membela suara marhaen. Anwar Ibrahim Club kian pantas langkahnya dengan pucuk pimpinan baru. Lama tidak bererti reput, ia harus di simpan dalam kotak mumia agar yang pahit di kuburkan dan yang manis di kenang.
Salam Takbir di akhir bicara!!!!
ALLAHU AKHBAR...ALLAH MAHA BESAR
Bosan dengan titian jalanan dilitupi tebal kesibukkan waktu. Bukan lagi berbaur cemburu, cuma pesanan ringkas dari waktu itu menghembus azimat agar bijak mengaturnya. Langit cerah bersilih ganti gelap pekat dinihari adakalanya membuatkan aku tersepuk di pinggir putaran masa memikirkan apa yang telah aku tempuhi lewat kitaran 24 jam ini. Serbanya tidak mengena dengan aturan sibuk diari kelabu.
Ku selit rona warna menceriakan laman maya yang kian sepi dengan ketukan jemari di atas papan kekunci. Terselit habuk kecil di celahnya mungkin kerna kurang berasmara dalam keempukan maya. Banyak yang ingin ku dedahkan dari liang kecil hati pada kalian, tapi kesuntukkan itu mencacatkan taman mayaku untuk menyentuhmu hati ke hati.
Sepertinya malamku kini kurang disemai baja subur kerinduan, aku ternanti akan hadirnya kedamaian sekeping hati yang gejolak di medan tempur sendiri. Entah di mana aku merentasi, sesat dan terkurung di rimbun lalang penuh duri. Torehan luka pedih itu membuatkan semangatku pudar dan api semaraknya tidak gah seperti lewat waktu itu.
Perjalanan ini semakin sempit ruangnya, gelombang sakti hilang bisanya, yang tinggal hanya saki baki semangat yang tak mungkin pupus. Ku lontar setiap isi amarah untuk siapa? Ku gegar kubu cinta? Untuk meredakan hati yang luntur cahaya? Cermin bukan lagi pantulan hidupku, kelopak air yang berbayang bayang itu sering melukis riak sebenar gusar hati insan kerdil ini. Kebingungan semakin menghimpun di benak hingga tidak bisa lagi ku jerit lepaskan amarah.
Jalanan kian parah, tempang kakiku mengheret perit derita, luka jiwa tiada lagi jalan penawar, buntu minda bergejolak dalam seribu bahasa. Apa aku tidak tahu erti jalan pulang? Siapa itu untuk bertanyakan apa yang aku rasa? Mengapa aku harus rungkai sejuta kata? Tak bisa kau mengerti tentang aku dalam dilema kotak serabut, bersimpul hingga terjerut, tersepit hingga menghimpit.
Kalian si peneman setia blog mariniberbicara, kau pasti tertanya apa sebenarnya kemelut yang kulontarkan ini, kau pasti jua terdetik untuk melapangkan dadamu agar bisa mendampingi keluhan hatiku, mungkin terbit jua di benakmu tentang aku yang semakin berbelit liku hidupnya. Nah biar aku rakus menebar isi hati, aku sendiri tidak tahu apa yang menyulitkan hati untuk terus mengacu langkah sedang landasan sudah terbentang indah.
Mencari sekeping kepercayaan dalam harungi cinta tiba tiba mati tidak bernyawa. Aku kejam menghukum insan tidak berdosa namun aku kini mati segala rasa cinta. Bagaimana? Apa ada sisa itu untuk terus menerkam dan mengoyakkan kembali benteng ketakutan itu? Buntu dan bingung dalam ombak besar penuh rakus di lebarnya lautan.
Di hujung puncak gunung derita, aku kaget melihat suram landai bahagia. Terlalu tinggi aku terbang dan gayat untuk pulang berpijak di bumi nyata. Tali itu terputus di saat bahagia sedang melayang layang menerajui segala rasa. Maaf tidak cukup, ampun tidak ampuh, tangisan tidak layak menceritakan kekusutan itu.
Di akhir perjalanan ini, aku hanya mahu bertapa di gunung derita dan mencari penawar bahagia. Izinkan setiap saat di puncak ini mendapat sayu berita dari sang burung yang setia menghantarkan khabaranmu di curam gelisah. Moga moga, tali yang tersimpul bisa terurai, kekalutan kian terlerai dan kemarakkan api cinta bisa meletus bak merapi di seberang sana.
Antara bingungmu dan lukaku, racunmu dan malapku, patah hatimu dan kekalutan jiwaku biar kita serahkan pada Esa yang menentukan apa arah dan ke mana tuju episod esok yang bakal kau dan aku tempuh.
Bakal ku susuli dalam lembaran baru cerita hebat gerakkan anak muda pemangkin perjuangan rakyat dalam mencatur strategi membela suara marhaen. Anwar Ibrahim Club kian pantas langkahnya dengan pucuk pimpinan baru. Lama tidak bererti reput, ia harus di simpan dalam kotak mumia agar yang pahit di kuburkan dan yang manis di kenang.
Salam Takbir di akhir bicara!!!!
ALLAHU AKHBAR...ALLAH MAHA BESAR
1 comment:
wawawaaa.....berpusing-pusing kepala gua baca ayat2 entri ngko ni...BTW salam dari apasaje.com...hey mind to exchange link..i'll put urs on my blogroll
best regards,
Truckster
www.apasaje.com
Post a Comment