Malam ini warna jingga awan tampak tenang dan dingin. Seperti malam malam lalu, aku tak akan pernah berhenti melihat dan merenung langit langit mega yang tak bisa ku ramal apa cerita di balik sana. Alam asyik menangis, membawa sepi sepoi angin kudus pilu. Ramadhan yang membawa erti bahang, hingga kini masih lagi menyelimutkan aku dengan sejuk menggigit tulang rusuk.
Khabar padaku malam sepi, apa yang merundung jiwa kekabumu? Aku mahu terus menikmati indah bulan. Bintang bertaburan tak sudi menjengah, berarak mendung awan itu menutupi pintu wajahmu sang teman di dada langit.
Ku langkahi esok dengan bertemankan cinta cinta buntu pada bulan walhal jiwa ini penuh rasa kebahagiaan. Sudilah kiranya teman di langit biru menemani kuntum bahagia yang kumiliki. Kicau cengkerik tidak kudengari, agas menggigit kurang mengulit, aku berteman rindu yang sepi.
Ku usap rambut mengurai, lantas dihembus bayu malam. Ke mana kamu bulan purnama, usah sembunyi di balik gugusan awan cemburu. Kau harus muncul menemaniku seperti mana aku berjanji menemanimu.
Beberapa minggu lagi, aku bakal melangkah setapak ke alam hidup berdua bersama dia yang menjanjikan bahagia. Mampukah aku mencintainya sepenuh raga, gusar gelorakan jiwa walau hati utuh setia. Sang kekasih sering berikan aku belai cintanya, sedang aku tak bisa putus menganyam doa kudus mengharap berkekalan jalanan ambang kasih.
Bintang timur apa akan mengiringiku dengan pari parinya yang anggun? Aku mahu mengait corak kasih seindah tulus budinya. Ikatan pertunangan yang sering dihambur kata kata dugaan membuatkan aku gusar. Di mana kamu bulan purnama, aku rindu sinar tulusmu. Timbullah menemaniku, menemani kasihku dengannya agar kau bisa menjadi saksi utuhnya kasih dan jujurku buat sang jejaka istimewa.
Sepiku bakal dikuburkan, lorong hitam musim lalu bakal ditalkinkan dan kini aku lihat lebuhraya damai yang bakal ku tempuhi bersama sang jejaka yang kental semangat zahir dan batinnya.
Walau bahagia bakal mengusung jalananku, kasihku padamu alam malam takkan tegar lumpuh.
Aku pencinta setia, seperti mana aku sering rindukanmu bulan, bintang dan awan pelangi.
Khabar padaku malam sepi, apa yang merundung jiwa kekabumu? Aku mahu terus menikmati indah bulan. Bintang bertaburan tak sudi menjengah, berarak mendung awan itu menutupi pintu wajahmu sang teman di dada langit.
Ku langkahi esok dengan bertemankan cinta cinta buntu pada bulan walhal jiwa ini penuh rasa kebahagiaan. Sudilah kiranya teman di langit biru menemani kuntum bahagia yang kumiliki. Kicau cengkerik tidak kudengari, agas menggigit kurang mengulit, aku berteman rindu yang sepi.
Ku usap rambut mengurai, lantas dihembus bayu malam. Ke mana kamu bulan purnama, usah sembunyi di balik gugusan awan cemburu. Kau harus muncul menemaniku seperti mana aku berjanji menemanimu.
Beberapa minggu lagi, aku bakal melangkah setapak ke alam hidup berdua bersama dia yang menjanjikan bahagia. Mampukah aku mencintainya sepenuh raga, gusar gelorakan jiwa walau hati utuh setia. Sang kekasih sering berikan aku belai cintanya, sedang aku tak bisa putus menganyam doa kudus mengharap berkekalan jalanan ambang kasih.
Bintang timur apa akan mengiringiku dengan pari parinya yang anggun? Aku mahu mengait corak kasih seindah tulus budinya. Ikatan pertunangan yang sering dihambur kata kata dugaan membuatkan aku gusar. Di mana kamu bulan purnama, aku rindu sinar tulusmu. Timbullah menemaniku, menemani kasihku dengannya agar kau bisa menjadi saksi utuhnya kasih dan jujurku buat sang jejaka istimewa.
Sepiku bakal dikuburkan, lorong hitam musim lalu bakal ditalkinkan dan kini aku lihat lebuhraya damai yang bakal ku tempuhi bersama sang jejaka yang kental semangat zahir dan batinnya.
Walau bahagia bakal mengusung jalananku, kasihku padamu alam malam takkan tegar lumpuh.
Aku pencinta setia, seperti mana aku sering rindukanmu bulan, bintang dan awan pelangi.
No comments:
Post a Comment