Tuesday, March 31, 2009

Masanya Telah Tiba

Salam teman,

Beberapa hari lagi Nini bakal mengakhiri sebuah zaman yang penuh dengan erti bebas, sendiri dan tanggungjawab yang sekadar ala ala sahaja. Ia tidak sedikit pun memberikan kata lelah buat Nini mengharunginya.

26 tahun mengharungi perjalanan bersama dengan keluarga, banyak yang Nini pelajari hanya untuk diri sendiri dan keluarga, ia mengajar erti berdikari.

Hari ini degupan jantung semakin kuat untuk melangkah ke sebuah alam yang memerlukan pengorbanan yang tinggi, bukan sahaja buat diri sendiri dan keluarga namun pada keluarga yang bakal Nini bina bersama si dia.

Segalanya bermula dengan status Pn, bukan lagi Cik. Apakah sudah ada kesediaan yang kental dalam diri? Kata hati ini mungkin memberikan impak positif namun hakikinya fatamorgana. Terlalu jauh untuk dikenali dan terlalu dekat untuk dadalangi rasa gugup.

Kehadiran Mr Kekasih 10 bulan yang lalu sangat berbeza, tatkala itu kami hanya bertukar rasa kasih dan cinta. Mengenali siapa dia dan siapa Nini, mencari persefahaman dan keserasian. Biarpun dia makan ayam dan Nini makan ikan, dia tonton wayang animasi dan Nini hanya komedi, dia gemar topik kenderaan bermotor sebaliknya Nini penuh dengan semangat juang politik. Adakah dia yang Nini cari? Adakah dia miliki erti kesefahaman dalam setiap subjek bicara esok hari?

Segalanya sudah ditimbang, sudah di kaji dan masih lagi kami meniti erti muafakat yang berkat. Benarlah kata bidalan, asam di laut ikan di darat dalam kuali bertemu jua. Hanya itu kata yang bisa Nini pamerkan buat azimat untuk mengharungi kapal yang kami kemudi.

10 April 2009 bakal menamatkan segala sangsi, gusar dan debar. Tarikh keramat itu akan berakhirnya status Bujang dan Dara buat kami, yang akan dibawa adalah amanah berat menanti.

Teman,

Cinta itu subjektif, tiada istilah sains yang mampu mengupas jiwa yang lara jiwa yang suka. Pengertian cinta akan hadir dalam pelbagai sebab namun kuncinya adalah TAKDIR. Ini bukan takdir berserah, ini takdir yang disuratkan pada satu alam yang bukan milik kita.

Melangkau alam ini, Nini hanya pohon doa restu ayah bonda, saudara mara serta teman teman agar pelayaran sepanjang hayat ini bisa menempuh segala ombak badai dengan tenang agar tidak karam.

Biarlah bulan terus menjadi saksi akan keikhlasan cinta yang kami cipta, biar tak sesempurna mana namun kami memohon keberkatan pada yang ESA dan IBU AYAH.

Salam kasih Nini dahului moga tenang menghadapi hari esok.



Thursday, March 26, 2009

~~Gering Sang Puteri~~

Salam...

Lama sungguh Nini tak sentuh papan kekunci dan menari nari dalam lenggok normal. Lewat waktu ini tak seperti dulu, masa sungguh kalut. Semakin dikejar, semakin pantas ia lari. Nini buntu! Maaf kerna tiada ceritera baru, bukan buntu idea sebaliknya buntu akan masa.

Teman...
Beberapa hari lagi Nini bakal mengkahiri zaman bujang yang hampir 26 tahun dibawa bersama. Gelaran itu tidak lagi bakal Nini sandang buat selama lamanya. Sedih bercampur gembira, malah yang paling menakutkan Nini adalah tanggungjawab yang bakal dipikul dalam pelayaran hari mendatang.

Gelap semalam mungkin akan berlabuh, mungkin sekadar bertangguk. Apa yang membimbangkan Nini semakin hari semakin hampir. Ruang maya ini pada satu ketikanya bukan untuk menceritakan isi dada buat pembaca, ia sekadar melampiaskan rasa hati yang gelana. Tapi hari ini, jika satu persatu yang Nini kupas, ia seolah menayang kuping luka penuh di dada.

Jika dihitung, Nini punya kurang dari 14 hari untuk mengakhiri zaman bujang. Semakin hampir semakin gusar. Apakan ini lumrah biasa? Nini mula didatangi rasa samar, benarkah keputusan ini keputusan terakhir? Nini tak bisa lelapkan mata.

Sesungguhnya Nini tak pandai bicara dalam bahasa cerita, izinkan Nini zahirinya dalam bait puisi.

Lihat pada sinar itu,
Ia semakin hampir terlalu dekat dan rapat
Bergulung seperti ombak
Bergelut seperti beliung
Tujunya satu
Pada aku

Lihat pada sinar itu,
Apa ia api membara?
Apa ia cahaya bahagia?
Aku keliru dalam kelopak buntu
Lantas ku tenung
Kacamataku lebur

Bulan kamu di mana?
Berselindung di balik awan
Berarak tiada sempadan
Seolah lari jauh dari aku
Kayaknya seperti meninggalkan aku
Kenapa?

Hati dihimpit sedih
Mati dalam rasa gelana
Gugup hingga hilang bisa bicara
Bingung dalam dengungan kalimah suci
Aku apa adanya?

Bulan apa kamu sepi lewat waktu ini?
Aku rasakan apa itu maknyanya
Jangan kau paling wajahmu padaku
Aku tak mahu lihatkan awan merah berlalu

Mimpiku hadir bermacam cerita
Ada yang indah ada yang duka
Mana kamu puteri kayangan
Rawatlah hati geringku
Tertusuk sembilu kaca

Aku bakal bersuami
Sungguh mulia hatinya
Senyum indahnya meruntun jiwa
Baik bicara tiada bertepi
Menanam kasih seikhlas hati
Apa pun tegar bergalang ganti

Aku bakal bersuami
Lengkap tuhan ciptakan aku dan dia
Umpama Adam dan Hawa
Tiada celanya tiada cacatnya
Bakal mewarisi keturunan papa dan mama, umi dan abi

Pelayaranku kini tidak sendiri
Kemudi berdua berdayung bersama
Karam bisa lemas mati
Ombak bakal ditempuhi

Namun kenapa hati pantas bingung
Makan tak lagi lalu
Tidur tak lagi lena
Suria pagi seolah bawa warna luka
Pelangi murung tiada berwarna
Hanya hitam dan putih mampir menjelma

Aku gelisah
Apa segalanya bisa berakhir?
Angan anganku bisa tergapai?
Padamu Allah swt aku bermohon
Sembah ini tiada duanya
Hanya padamu aku meminta minta
Teguhkanlah hati ini
Rawatlah gering agar bercambah bunga mekar selamananya